Filsafat Mencapai Moksa dan Penciptaan Cetak

Penciptaan berarti:

  1. Bertumbuh dengan ikatan dan aturan.
  2. Menjaga semuanya teratur dan melindungi semua ciptaan dari ketidakteraturan adalah bisa dilakukan dengan menjaganya.
  3. Membagi Dunia makro dan menjadikannya dengan bentuk mikro adalah samhara (penghancuran).
  4. Dan menjaganya hingga penciptaan yang berikutnya adalah Thirodhana Sankalpa (mengalami kemunduran, atau Kembali).
Keempat proses di atas saling berhubungan.
    5. Yang paling akhir dan paling Utama adalah  Anugerah (berkah suci, restu) yang membebaskan persembahan, mukti (pembebasan).

Hanya Dewa Siwa yang mampu memberikan anugerah atau berkah. Kebebasan untuk mencapai mukti (pembebasan, moksha) semuanya terlahir dari bumi.

Hanya dengan Air semuanya bisa tumbuh.

Hanya melalui Cahaya dan kehangatan mereka akan pergi.

Hanya dengan Udara dan ke dalam udara mereka akan hilang.

Hanya pada Pertiwi kehidupan itu tampak nyata.

Hanya Akasa yang nyata yang berarti ia wujud Dewa Siwa.

Untuk menjalankan kelima fungsi dan konsep ini, Dewa Siwa memiliki Lima wajah. Sementara Dewa Brahma dan Wisnu menciptakan dan menjaga. Penghancuran dan penarikan Kembali penciptaan dilakukan oleh dewa Rudra dan maheswara.

Jadi Dewa Siwa mampu melakukan tugas semua itu, kelima fungsi itu.

Tapi karena Dewa Siwa adalah wujud Tuhan itu sendiri, maka Dewa Siwa (Paramasiwa) adalah yang disebut Acintya; tak bertugas, tak terpikirkan dan tak terbayangkan karena wujudnya Rudra, Maheswara dan Iswara. Wujud yang sama itu disebut (Vesya), tempat duduk yang sama (asana), kendaraan yang sama (wahana). Jadi itulah sifat maya Dewa Siwa dan Keagunganya.

Sabda Hyang Kalki Awatara pada kaliyuga sekarang:

Dewa Wisnu pada awal penciptaan, tidur di lautan luas yang disebut Vaikuntha. Dari pusar muncul bunga teratai dan dari teratai muncul bunga padma, kemudian dari bunga padma muncul Dewa Brahma. Setelah itu diciptakanlah Lingga alam semesta. Kemudian Lingga memecah diri menjadi dua yang satu mengecil menjadi Manik Lingga yang disebut Paramesyajagatnatha dan kemudian menempati titik Trinetra Dewa Wisnu. Sejak saat itu Dewa Wisnu juga bergelar Narayana dan disebut Acintya Biru. Sementara lingga yang satu berdiri pada Lautan luas Vaikuntha dan lautan luas ini tertampung dalam wadah yang disebut Cawan Putra,  yang kemudian disimbolkan sebagai Yoni simbol dari Pradhana. Dibawah Lingga muncul bunga teratai yang mekar dengan empat kelopak yang kemudian menjadi cakra dasar alam semesta.

Dari pusat kelopak bunga teratai kemudian muncul jalinan sinar yang mengurung Lingga. Kelompok yang kiri dinamakan Ida dan kelompok kanan dinamakan Pinggala. Dari pusat bunga kemudian muncul serabut yang membungkus lingga yang kemudian dinamakan Shusumna. Di dalam Shusumna ada bagian yang dinamakan Ancaka adalah semacam server database yang merekam aktivitas ciptaan seperti evolusi seluruh ciptaan.

Setelah itu diciptakan 108 galaksi yang muncul dari lautan luas vaikuntha yang menempati pertemuan jalinan-jalinan sinar. Galaksi-galaksi ini dipisahkan oleh ruang kosong yang disebut sekat semesta.
Setelah alam semesta tercipta, Acintya Biru memecah wujud menjadi Dewa Ruci dan Hyang Tunggal.

Dewa Ruci adalah Dewa Penguasa Lautan dan kemudian bermanifestasi sebagai Dewa Varuna dan di zaman Mahabharata menitis kepada Bima. Kemudian disabdakan bahwa semua yang ada di bumi bersumber dari lautan. Maka lautan adalah sumber kehidupan di atas bumi. Evolusi pertama manusia adalah dari Lumut.

Hyang Tunggal kemudian menciptakan Tejomoyo, Ismoyo dan Manikmoyo.

Tejomoyo diciptakan dari Mustika Dewa, darah dari Hyang Narayana yang dimunculkan dari tatto di lengan. Di tiup ke seluruh galaksi dan kemudian membesar maka jadilah Matahari. Jadi Tejomoyo adalah Matahari yang menjadi kesadaran tertinggi yang mengontrol kesadaran pada setiap galaksi.

Ismoyo adalah Dewa Sadasiwa, adalah Dewanya Para Dewa yang kemudian beruwujud manusia sebagai Hyang Sabdapalon, Semar, Tualen dan banyak sebutan di banyak tradisi. Adalah penguasa kegaiban yang membangun dan menuntun perkembangan peradaban manusia.

Manikmoyo adalah Dewa Siwa yang disimbolkan sebagai Lingga semesta, adalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Bergelar pula sebagai Bhatara Guru dari seluruh kehidupan di galaksi Bima Sakti. Siwa dan Sadasiwa bersatu menjadilah Paramasiwa yang disebut sebagai Acintya.

Manakala jantung pertama kali berdetak di dalam kandungan sang ibu, pada saat itulah manusia terhubung ke Lingga semesta melalui sinar yang disebut sinar Antahkarana. Setelah lahir, sinar tersebut masuk ke Yoni sang ibu, kemudian sang nenek, dst.,dan berakhir di Lingga Semesta. Inilah yang memberi konsep Lingga Yoni dan konsep keleluhuran.

Setelah penciptaan alam semesta, Hyang Narayana kemudian meletakkan alam semesta di dalam kerongkongan-Nya. Disabdakan pula bahwa, di dalam Alam Semesta ada Bumi, di atas Bumi ada manusia, di dalam manusia ada Narayana, demikianlah Narayana tidak terpikirkan ujung pangkalnya,  Atman pada diri manusia adalah Brahman.

Jadi filsafat mencapai moksha adalah mengupayakan dan mendapatkan Anugerah (berkah suci, restu) yang membebaskan persembahan, dan mencapai mukti (pembebasan).

Persembahan paling utama dalam Weda adalah melalui yadnya Agnihotra, dan agnihotra yang ke seribu disebut Yadnya Patni. Pada saat inilah Dewa Siwa akan turun mengunjungi umatnya yang tekun dalam yadnya dan akan menganugerahkan restu atau berkah suci. Persembahan tertinggi adalah Jiwa dan Raga. Manakala manusia mencapai kebebasan maka bersatulah sang atman dengan Narayana.

 

 
Alam Narayana ada 3:

Alam paling atas disebut Narayana Vandana (alam Biru atau alam Acintya Biru) posisi sedang berdiri. Selalu tegap dan siap untuk turun menyelamatkan keadilan dan menegakkan kebenaran sejati.

Alam Tengah Garuda Dhvaja di alam semesta, posisi sedang naik Garuda. Simbol perlindungan dan penyelamatan.

Alam Bawah Anantha Sayana, alam bawah di galaksi simbol dari air/lautan susu atau sering disebut dengan Alam Vaikuntha. Posisi sedang tidur, menjaga keseimbangan alam semesta.