Brahma Raja Hyang Suryo |
Brahma Raja Hyang Suryo Saya, dalam perjalanan mencari pembimbing spiritual, banyak sekali mengunjungi para Nabe yang terkenal. Beliau-beliau adalah orang-orang hebat dan juga sangat menyenangkan. Terkadang saya juga menemukan bahwa Beliau para Nabe juga ngiring Sesuhunan tertentu atau Ida Bhatara. Kebanyakan yang mereka iring adalah Tabik Kulun, Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped atau Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling yang melinggih di Pura Dalem Ped, Nusa Penida. Jarang sekali saya menemukan bahwa seorang Dasaran ngiring lebih dari satu Ida Bhatara. Tetapi dalam perjalanan Pinisepuh, banyak sekali bermunculan Pratima-pratima di Jeroan Pinisepuh. Pratima adalah patung-patung kecil yang merupakan wujud dari Ida Bhatara atau Bhatari yang melinggih di Pratima tersebut. Kemunculan pratima-pratima ini ke Jeroan Pinisepuh ada bermacam-macam cara. Ada yang datang dan muncul tanpa diketahui kapan datangnya, atau ada tiba-tiba begitu saja di kamar suci, ada juga yang datang diantarkan oleh sadeg dari pratima tersebut yang katanya atas petunjuk Beliau yang melinggih di pratima tersebut. Ada juga atas petunjuk untuk datang ke satu tempat yang ternyata di tempat tersebut ada satu pratima sedang menunggu untuk di-iring. Suatu ketika, berdasar atas petunjuk, Pinisepuh akhirnya bertemu dengan Brahma Raja Hyang Suryo, atau raja Majapahit Nusantara yang sekarang dari garis keturunan Ida Prabu Jayasabha. Dari Beliau juga banyak sekali pratima yang harus di-iring oleh Pinisepuh, merupakan tugas dan tanggung jawab Pinisepuh untuk melakukan pengabdian kepada Brahma Raja serta Kebangkitan Kerajaan Majapahit, Ciwa-Budha pada khususnya. Membuat karya nyata untuk membuktikan keberadaan Majapahit ke depan. Karena manusia Bali berasal dari Trah Majapahit yang diturunkan dari Panca Dewata yang dicirikan oleh Mpu Kuturan dengan menciptakan Pelinggih Menjangan Sluwang di Pura Merajan masyarakat Bali. Kembali kepada Pinisepuh, Ida Bhatara yang di-iring oleh Pinisepuh sudah saya jelaskan. Sedangkan Pratima atau manifestasi Beliau yang di-iring oleh Pinisepuh dan yang dilinggihkan di Jeroan serta yang saya ketahui adalah:
Masih banyak lagi Pratima Ida Bhatara yang di-iring oleh Pinisepuh, namun tidak boleh diungkapkan ke dunia skala. Tidak semua pratima di wujudkan di alam skala karena sangat dirahasiakan. Saya yang bodoh ini menangkap bahwa Pratima tersebut disimpan di alam Niskala dan sewaktu-waktu Pinisepuh ingin berkomunikasi maka Pratima tersebut dimunculkan!. Saya sebagai sosok pengagum Pinisepuh sering mengejar dengan berbagai pertanyaan bahwa siapa lagi yang beliau iring dan pratima apa saja yang masih belum ditunjukkan ke dunia nyata. Tetapi Pinisepuh bilang bahwa itu semua sudah termasuk ke dalam ‘Perjanjian Suci’ yang tidak boleh diungkap sembarangan. Nanti kalau sudah tiba saatnya akan diberitahu. Saya menceritakan ini atas seijin Pinisepuh karena pembaca tulisan-tulisan saya harus paham bahwa sumber tulisan saya adalah bukanlah seratus persen pengalaman dan dari pemikiran saya sendiri tetapi adalah juga dari Pinisepuh. Saya ini adalah abdi dari Pinisepuh dan Pinisepuh adalah jembatan menuju ke pengetahuan Beliau Para Leluhur atau Ida Bhatara Kabeh. Pinisepuh sering berkelakar bahwa sesungguhnya saya adalah penulis lontar pada jaman modern. Lontar ada karena saat itu belum ada media yang lebih baik daripada lontar. Juga karena keinginan saya pribadi untuk menulis ini dengan gaya sekarang hingga tidak menakutkan untuk dibaca. Dan saya memohon terus-menerus kepada Beliau Ida Bhtara Mpu Kuturan agar diberkati taksu kecerdasan Beliau dalam menulis ini supaya maksud sampai dengan benar kepada para pembaca yang tengah mengejar spiritual. Semoga kehausan akan bacaan-bacaan seperti ini sedikit terobati dan dari sumber yang dapat dipercaya. Saya kenal dengan Pinisepuh belum terlalu lama tetapi kesan yang saya dapat sebagai pencari kebenaran niskala, menempatkan Pinisepuh sebagai salah satu pelaku spiritual dengan kemampuan tinggi di Bali. Sebagai seorang manusia biasa tentulah penilaian adalah dasar untuk memutuskan. Bukti dan fakta adalah ukuran yang sangat diperlukan dalam mengambil keputusan. Di sisi ego terkadang memerlukan atraksi sihir untuk mengakui seseorang sebagai yang patut dihormati dan dipuji. Terkadang saya masih memerlukan hal-hal seperti itu untuk mempercayai seseorang yang katanya wikan atau waskita. Saya akan menceritakan pengalaman orang-orang tentang Pinisepuh dan juga pengalaman saya bersama Pinisepuh, beberapa yang sudah mendapat ijin dari Pinisepuh. Pengalaman-pengalaman tersebut membuat saya yakin bahwa Pinisepuh bukanlah orang biasa. Kemunculan Pratima Ganesha Kala Saya mempunyai teman namanya Gung Aji Mangku dari Negara, Batuan, Gianyar. Beliau bercerita bahwa suatu hari di Pura Merajan Gung Aji muncul sinar terang dari angkasa dan ada banyak orang yang menyaksikan kejadian tersebut. Sinar tersebut tidak langsung menyentuh tanah tetapi tepat berhenti didepan rong atau cangkem atau mulut Pelinggih Rong Tiga kemudian sinarnya membias ke segala penjuru arah. Kejadian ini disaksikan oleh anggota keluarga. Gung Aji. Dalam satu kesempatan Gung Aji bertanya kepada saya, pertanda apakah sinar tersebut? Untuk mengetahui ini saya mengantarkan Gung Aji ke jeroan Pinisepuh lengkap dengan banten yang diperlukan. Setelah segala ritual sudah selesai, Pinisepuh berkata kepada Gung Aji Mangku: “Sinar tersebut ingin memberitahu bahwa Beliau Para Leluhur memang ada dan melinggih di Merajan. Tetapi saya ingin bertanya apakah ada paica dari Dalem, dan sekarang di mana paica tersebut?” “Ah tidak ada paica di jero apalagi paica Dalem”, kata Gung Aji. “Pokoknya ada, dan bawa ke sini kalau sudah ketemu.” Setelah kembali dari tempat Pinisepuh, Gung Aji mencari-cari dan akhirnya memang menemukan Keris yang diperoleh dari membeli tetapi memang penjual bilang itu adalah keris paica Dalem. Juga ada alat untuk mengambil Tirta, semacam sendok tirta yang terbuat dari bahan perak tetapi saat itu tidak bisa diambil karena ditaruh di sangku tempat tirta dan tirtanya membeku seperti dodol. Beberapa hari kemudian saya kembali mengantar Gung Aji ke jeroan Pinisepuh. Menunjukkan keris yang ditemukan. Ternyata keris itu memang benar seperti apa yang dimaksud oleh Pinisepuh. Kemudian Pinisepuh berkata: “Sebentar lagi pasangan dari keris paica Dalem tersebut akan muncul dan datang ke jeroan Gung Aji. Silahkan amati kejadian-kejadian khusus barangkali membawa petunjuk tentang paica yang akan datang tersebut”. Masa sih paica bisa datang sendiri?, pikir kami saat itu penuh dengan tanda tanya. Tetapi akhirnya memang dalam dua minggu paica tersebut datang dibawa oleh seseorang yang mengaku panjak dari Bangli. Cerita orang tersebut, sejak memiliki Pratima tersebut selama sepuluh tahun hidupnya tidak karuan. Keluarga sakit-sakitan, pekerjaan sering gagal dan akhirnya hutang sana sini untuk biaya sakit dan biaya hidup. Sampai mendapat petunjuk untuk membawa paica tersebut ke jeroan Gung Aji Mangku. Kembali kami mengunjungi Pinisepuh dengan membawa paica tersebut. Sesampai di jeroan, Pinisepuh tertawa kecil bahwa itulah paica yang dimaksud. Paica ini adalah sebuah Pratima dan namanya adalah Ganesha Kala. Di muka perwujudannya adalah Ganesha dan di belakang adalah Kala. Sepanjang Pinisepuh mengetahui bahwa pratima seperti ini baru ada satu yang muncul yaitu sekarang ada di Puri Ibu Majapahit yaitu di Puri Gading Jimbaran, adalah Puri tempat Brahma Raja Hyang Suryo beristirahat kalau ke Bali. Dan sekarang Gung Aji Mangku mendapat satu lagi. Ini berarti baru ada dua di Bali. Kegunaan dari Pratima ini adalah untuk mengusir penyakit niskala atau non medis dan juga untuk meruwat atau buang sial. Bahkan tirta asuannya bisa untuk memagari rumah agar tidak mudah dimasuki oleh sakit-sakit kiriman atau sakit non medis. Pinisepuh meminta kepada Gung Aji Mangku bahwa kedua paica tersebut ditinggalkan dulu di jeroan Pinisepuh untuk di Pasupati. Keampuhan Ganesha Kala Beberapa hari kemudian, salah satu kakak ipar bertanya, apakah saya ada mengetahui seorang Balian atau yang bisa mengobati sakit non medis karena Balian langganannya sedang tidak bisa... Akhirnya kembali saya mengantarkan kakak ini ke jeroan Pinisepuh. Sampai di sana ternyata kakak ini memang sakit dan sudah sangat parah karena kena ‘cetik ceroncong polo’. Keluhannya seperti migrain atau sakit kepala sebelah dan sering kumat. Kalau tidak diobati dengan serius sakit ini bisa membawa kematian. Itu kata Pinisepuh. Setelah sembahyang, Pinisepuh mengeluarkan keris dan pratima kepunyaan Gung Aji Mangku, memohon agar sakit kakak ini bisa disembuhkan. Dengan tirta dari asuan pratima Ganesha Kala dan keris tersebut sebagai media yang disentuhkan ke ubun-ubun kakak ipar, tak berapa lama kemudian kakak ini tidak sadarkan diri dalam waktu yang cukup lama. Kemudian Pinisepuh mengambil tirta dan menyiratkannya ke seluruh tubuh kakak. Tidak lama setelah itu bangun dan tentu kaget karena tidak menyadari kalau baru saja ia tidak sadarkan diri. Sebelum pulang, Pinisepuh berkata kepada kakak ipar. Mudah-mudahan sembuh ya, nanti akan ada paica yang datang yang berguna untuk jaga diri. Dalam waktu dua minggu memang paica berbentuk batu perhiasan datang dan sekarang telah dipakai sebagai cincin. Sakit yang sama dan pernah diderita jaarng datang mengganggu. Sakit tersebut tidak mau disembuhkan total oleh Pinisepuh karena masih ada rahasia keluarga yang tidak boleh diungkap karena ini semacam karma dari masing-masing yang harus dijalani dulu. Sakit akan sembuh sendiri sejalan dengan tingkatan pengabdian spiritual. Sejak itu kakak ioar ini disarankan untuk lebih sering melukat di mana saja untuk membersihkan diri skala niskala. |