Oṁ Swastyastu, Bagaimana pemahaman budi pekerti dalam agama Hindu? Nilai budi pekerti dan sikap negatif sudah tersebar dalam ajaran agama Hindu. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
1. Nilai Budi Pekerti Tri Marga: - Bhakti Marga, meliputi bhakti kepada Tuhan dan bhakti kepada orangtua dan guru. Bhakti kepada Tuhan dengan dilaksanakannya ajaran-ajarannya dan bhakti kepada orangtua dan guru dengan malaksanakan amanatnya.
- Karma Marga, dilaksanakan dengan melaksanakan tugas sebaik-baiknya untuk dipersembahkan kepada orang lain dan Tuhan.
- Jnana Marga, menuntut ilmu sebanyak-banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun hidup. Akan pentingnya ilmu itu dinyatakan dalam kitab Bhagawadgita, Sarasmuccaya dan Nitisara dll.
Tri Warga: - Dharma, berbuat berdasarkan atas kebenaran. Melaksanakan kewajiban sebagai anggota masyarakat,
- Artha, memenuhi harta benda kebutuhan hidup berdasarkan kebenaran, dan
- Kama, memenuhi keinginan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Catur Paramita: - Maitri, bersahabat dengan orang-orang baik budi,
- Karuna, kasih sayang kepada orang yang menderita,
- Mudita, bergembira kepada orang yang berbuat kebajikan, da
- Upeksa, menjauh dari orang-orang buruk budi.
Rwa welas brta sang brahmana: - Dharma (kebenaran),
- Satya (setia, jujur),
- Tapa (mampu menahan diri),
- Dama (sabar, tahu menasihati diri sendiri),
- Wimatsaritwa (tidak dengki),
- Hrih (tahu malu),
- Titiksa (tidak cepat marah),
- Anasuya (tidak jahat),
- Yajna (rajin ber-yajna ),
- Dana (senang berderma),
- Dhrti (kalem dan tenang), dan
- Ksama (sabar dan senang mengampuni).
Dasa Yama Brata: - Anrsangsa (tidak mementingkan diri sendiri),
- Ksama (sabar, tahan uji),
- Satya (jujur),
- Ahimsa (tidak menyakiti),
- Dama (sabar),
- Arjawa (tulus hati),
- Priti (welas asih),
- Prasada (jernihnya pikiran),
- Madhurya (manisnya pandangan dan perkataan), dan
- Mardawa (lembutnya hati).
2. Sikap Negatif Sad Ripu/Tujuh Musuh: - Kama (nafsu),
- Lobha (serakah),
- Krodha (kemarahan),
- Moha (bingung),
- Mada (mabuk), dan
- Matsarya (iri hati).
Sapta Timira/Delapan Kegelapan: - Surupa (ketampanan),
- Dhana (kekayaan),
- Guna (kepandaian),
- Kulina (kepandaian),
- Kulina (kebangsawanan)
- Yowana (keremajaan), Sura (minuman keras), dan
- Kasuran (keberanian).
Dana Mala/Sepuluh Kecemaran: - Tandri (malas),
- Kleda (suka menunda-nunda waktu),
- Laja (pikiran gelap),
- Kutila (suka menyakiti hati orang),
- Kuhaka (keras kepala),
- Metraya (angkuh),
- Mengata (kejam),
- Ragastri (suka memperkosa wanita),
- Bhaksa Bhuwana (suka membuat orang lain menderita), dan
- Kimburu (senang menipu).
Lalu, apa itu tatakrama? Tatakrama adalah kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat. Tatakrama juga sering disebut etiket. Dalam perkembangannya, etiket tidak hanya berarti kartu undangan dengan sopan santun yang tertulis di dalamnya, namun tatakrama yaitu sopan santun dalam pergaulan. Etiket lebih menekankan pada tata aturan sikap dan perbuatan yang lebih bersifat jasmaniah atau lahiriah saja. Penerapan etika lebih bersifat filosofis, budi pekerti lebih bersifat operasional humanity yang mempermulia martabat manusia. Ajaran budi pekerti tidak menerima mentah-mentah sifat-sifat bawaan manusia secara alamiah saja namun menerimanya dengan mempermulianya menjadi sifat-sifat yang terpuji. Oṁ Śāntiḥ Śāntiḥ Śāntiḥ Oṁ
Penulis: I Gusti Agung Yudistira Editor: I Made Sandiago (Jero Mangku Pasek Mukti Murwo Kuncoro)
|