Suatu hari saya juga pernah bertanya dengan cara apa sebenarnya Beliau Ida Bhatara melindungi umatnya kalau terjadi hal-hal yang buruk. Misalnya gempa, tsunami, penyakit dan lain-lainnya. Tentu pertanyaan ini seperti sikap yang untung-untungan. Bukan maksud untuk tidak mempercayai Ida Bhatara bahwa sebenarnya Beliau telah melakukan perlindungan kepada umatnya dalam berbagai cara. Terbukti dari pengalaman orang-orang yang menceritakan keajaiban. Misalnya seorang bartender yang bertugas pada saat bom Bali di Sc Club Kuta, bartender ini tiba-tiba saja berada tertelungkup di jalan. Padahal seingat Dia, saat itu sedang bertugas melayani tamu-tamu club. Kemudian yang Dia tahu dan ingat adalah berada tertelungkup di jalan dan selamat dari maut.
Satu pengalaman dari teman kita dr Muda Agung Nova Mahendra, yang suatu waktu melintas di jalan Prof Ida Bagus Mantra, pagi hari pulang dari sehabis tugas jaga di RS Sanglah, mengalami tabrakan dengan sebuah mobil. Melihat kondisi kendaraan yang terpelanting pastilah kejadiannya sangat buruk. Tetapi yang diingat oleh Agung Nova, dirinya merasakan sesosok mahluk hitam dan besar mendekap serta memeluknya sehingga Ia terselamatkan dari kecelakaan. Satu keajaiban Ia tidak mengalami luka sedikitpun. Belakangan diketahui Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped yang telah menyelamatkannya.
Sangat banyak kejadian yang diceritakan orang-orang di Bali. Keajaiban kerap dinikmati langsung oleh orang-orang tertentu. Apakah orang tersebut termasuk orang pilihan?
Akhirnya pada suatu kesempatan Pinisepuh menceritakan bahwa suatu waktu di Nusantara terjadi peristiwa tsunami yang memporak-porandakan Aceh dan sekitarnya. Peristiwa bencana alam terus berlanjut sampai akhir tahun dan terus terjadi sampai tahun 2005.
Kemudian pada bulan Pebruari 2005 terjadi kehebohan di Bali dan sekitarnya. Mungkin Anda masih ingat dengan peristiwa COLEK PAMOR yang heboh di Bali. Sebenarnya menurut Pinisepuh ini adalah pekerjaan Ida Bhatara yang melindungi umatnya agar selamat dari semacam bahaya.
Ida Bhatara siapa Agung, tanya saya...
Memang kenyataannya sampai dengan sekarang pihak Polisi tidak berhasil untuk menyelidiki. Tentu saja tidak berhasil menyelidiki karena pelakunya menurut Pinisepuh adalah Ida Bhatara Ratu Gede Mas Mecaling atau Ida Bhatara Ratu Gede Dalem Ped beserta dengan ancangan Beliau yang menyebar di seluruh Bali. Tetapi sebenarnya termasuk di Banyuwangi ditemukan colek pamor tersebut menurut cerita teman Hindu yang ada di Banyuwangi.
Memang saat itu ada yang menceritakan bahwa mereka melihat sinar terbang ke gigi empas di pura, kemudian gigi empas itu menyala dan setelah redup itu adalah colek pamor. Ada juga seorang ibu yang bisa melihat alam gaib menceritakan ada segerombolan orang gaib berjalan di daerah Singaraja yang kerjaannya membuat colek pamor. Itulah kisah yang pernah diceritakan. Kalau tidak dilakukan oleh ‘gaib’ mana mungkin ruang suci seseorang yang terkunci juga kena colek pamor.
Ini satu kenyataan bahwa, Ida Bhatara benar-benar melindungi umatnya dari bahaya-bahaya alam yang besar. Untuk itulah Pinisepuh selalu memberi tahu kami bahwa jangan sekali-sekali lalai dengan kewajiban sebagai umat Ciwa Budha. Apalagi sampai meninggalkan Budaya yang nota bene diciptakan untuk menjaga agar Bali tetap sebagai pusat Niskala di dunia.
Ingatlah dengan Bisama Bhatara Gunung Agung:
"Manakala manusia Bali tidak lagi membuat Banten sebagai sarana persembahan kepada Para Dewata, maka Nira, Bhatara Gunung Agung akan kembali ke Mahameru. Sebagai ciri Nira kembali ke Mahameru..., adalah hancurnya Bali."
Lebih kurang seperti ini Bisama Ida Bhatara Gunung Agung. Bisama ini sudah ada sejak ratusan tahun silam dan belum pernah berani ada yang melanggar. Ini menurut penuturan para Sulinggih dan Pinisepuh.
Pura Kerangkeng
Suatu hari saya juga pernah diceritakan dengan keberadaan Pura Kerangkeng di Nusa Penida. Di dalam Pura Kerangkeng adalah tempat-tempat orang yang mempunyai karma buruk dan akan sangat susah untuk dapat terlahir kembali sebagai manusia kalau sudah dijebloskan ke Pura Kerangkeng tersebut. Di sanalah hukum penyiksaan sedang berlangsung.
Pinisepuh menceritakan bagaimana di dalam pura tersebut yang tidak mungkin saya ceritakan di sini. Manusia dari seluruh dunia, dari berbagai bangsa dan ras manusia, berada di sana untuk menjalani hukuman. Mengapa orang seluruh dunia berada di sana? Tanya saya. Karena Bali adalah pusat Niskala. Ibarat roda pemerintahan, semua alam niskala, diatur dari Bali, kata Pinisepuh. Dan suatu saat nanti, orang seluruh dunia akan memandang Bali dengan berbeda karena saat itu Bali sebagai mercusuar Spiritual di dunia. Semua akan menggali dan belajar dari Bali.
Mengejar harta dan pencerahan Pinisepuh pernah menceritakan kepada saya bahwa seorang manusia yang punya karma baik setelah meninggal melinggih sebagai Leluhur di Kawitan, lalu Beliau Leluhur tersebut memiliki kemampuan melindungi ‘sentana’ atau anak cucunya dari alam Leluhur. Tingkatan ini saja kalau bisa dicapai dalam kelahiran sekarang sudah sangat baik.
Kita hidup di jaman kali, harus juga sadar diri, hanya dengan waktu satu atau dua jam meditasi sehari ingin mencapai tingkatan sangat tinggi yaitu mencapai keberadaan menyatu dengan Sang Hyang Widi. Moksha. Itu tidak cukup.
Para Yogi yang bertapa puluhan tahun saja belum tentu mencapai moksha pada kehidupannya yang sekarang. Memang karma berbeda untuk setiap manusia. Apakah dalam hidup sekarang ini sudah mengalami pencerahan? Misalnya sebatas melihat energi atau aura? Kalau sudah barangkali itu karma bagus yang harus ditingkatkan lagi.
Pada gambar Dewa sering di sekitar kepalanya dikitari oleh sinar kuning keemasan. Manusia yang mengalami pencerahan juga akan mempunyai sinar itu kalau dilihat oleh yang telah mengalami pencerahan. Sinar itu tampak di sekitar mata ketiga dan juga di belakang kepala yang bersumber dari yang disebut dengan Pineal atau cupu manik. Kalau kedua sinar ini tampak pada seseorang maka demikianlah orang-orang suci yang mengalami pencerahan tingkat tinggi dan mungkin suatu pertanda akan mencapai Moksha. Besar sinar tergantung dari pencapaian spiritualnya.
Mencapai pencerahan memerlukan keseriusan saat melakoni kegiatan spiritual. Sembahyang adalah salah satu bhakti guna pencapaian restu dari Leluhur. Lakukanlah berbagai meditasi dan yoga. Perbaiki tingkah laku agar Budhi pekerti hidup dalam diri. Kembangkan sikap tulus, ikhlas dan welas asih dalam keseharian. Kata-kata ini tidak cukup untuk menjelaskan tetapi memulai adalah lebih penting daripada hanya tahu teori. Carilah guru yang tepat untuk membimbing.
Dulu sebelum bertemu Pinisepuh kebaktian saya selalu kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, langsung. Tidak salah, tetapi sebelum mencapai Tuhan, restu Leluhur harus di dapat terlebih dulu, kata Pinisepuh. Karena yang terdekat adalah Beliau-beliau. Tetapi manusia sekarang yang dikejar adalah harta. Bagaimana bisa melakukan spiritual yang cepat mendapat pencerahan? Suatu hari Pinisepuh bertanya hal ini kepada saya.
Akhirnya saya menyadari suatu realita kehidupan, bahwa saya hidup di dunia saat ini utamanya adalah mengejar harta lalu spiritual. Mengapa tidak memulai yang sederhana dulu dengan memuja Ida Bhatara Ratu Niang Sakti atau Ida Bhatari Ratu Mas Melanting agar direstui dalam mencari kekayaan? Karena Beliau adalah salah satu dari sekian banyak Ida Bhatara yang menguasai bidang ekonomi.
Kemudian saya dan istri melakoni yang dikatakan Pinisepuh. Mendak Daksina ke ajeng Ida Bhatari Ratu Niang Sakti di Pura Grya Anyar Tanah Kilap untuk warung istri yang kian hari tambah beruntung. Tetapi saya sendiri sangat suka dengan patung Budha Tertawa, hingga membuat usaha Galeri berkonsep Budha yang mana Beliau adalah Ida Ratu Syahbandar yang merupakan juga penguasa kemakmuran dan menjadi favorit saya. Akhirnya saya mendapat petunjuk melalui Pinisepuh dari Ida Bhatari Ratu Mas Magelung untuk melinggihkan pelinggih Ratu Syahbandar.
Karena merasa diperhatikan oleh Ida Bhatari Ratu Mas Magelung, dalam mengejar spiritual saya memohon dan berdo'a kepada Ida. Kemudian juga berkembang karena beberapa do’a terjawab, Ida Bhatari Ratu Niang Sakti dan Ida Mpu Kuturan juga akhirnya menjadi Favorit dalam setiap kebaktian dan meditasi. Berikutnya Ibu Dewi Kwan Im juga merupakan pavorit saya karena suatu alasan sangat penting dalam hidup saya.
Demikianlah saya menjalani keseharian juga menjalani spiritual dengan cara yang menyenangkan yaitu merubah persepsi pencarian saya terhadap Tuhan dengan berbagai penjelasan Pinisepuh yang gamblang. Dapatkan restu Leluhur terlebih dahulu sebelum menuju Tuhan. Leluhur yang masih hidup adalah orang tua. Akhirnya saya diminta untuk meminta maaf kepada orang tua atas kesalahan-kesalahan yang dibuat. Saya melakukannya beberapa bulan lalu.
Kemajuan spiritual saya meningkat tajam setelah bertemu dengan Pinisepuh. Kemajuan saya ukur dengan terbukanya penglihatan mata lahir karena mata batin sudah terbuka duluan, karena pengalaman terakhir saya adalah keterkejutan yang sangat sampai mobil saya rem mendadak ketika melihat ada sebersit cahaya menghadang kami di perempatan pantai Klotok, pada perjalanan pulang dari tangkil di Puri Klungkung. Saya telah melihat kereta kuda kencana melaju secepat sinar di alam niskala datang dari arah pantai Klotok. “Apa Gung?”, tanya saya. Itulah kendaraan di niskala kata Pinisepuh.
Banyak pengalaman lain yang luarbiasa tetapi tidak boleh diceritakan sembarangan. Akhirnya saya menyadari, meningkatkan spiritual akan banyak menguarangi masalah dan salah satunya yaitu masalah kesehatan. Sebab syarat utama mencapai spiritual adalah sehat. Yoga dalam spiritual berfungsi diantaranya untuk meningkatkan kesehatan. Kami dilatih oleh Pinisepuh beberapa gerakan Yoga.
Demikianlah kehidupan Pinisepuh yang membimbing orang-orang dengan sabar dan serius. |